HabibZain bin Ali al-Jufri (Semarang), 30. Habib Idrus bin Muhammad Assegaf (Semarang), 31. Habib Anis bin Alwi bin Ali al-Habsyi (Solo), 32. Habib Abdul Qadir bin Abdurrahman Assegaf (Solo), 33. Habib Umar bin Abdul Qadir Alaydrus (Solo), 34. Habib Ahmad bin Ali Bafaqih (Tempel Sleman Jogjakarta), 35. Habib Umar bin Thoha Bin Yahya (Surabaya
Sabtu, 16 Oktober 2021-Sebagai pengantar kajian Habib Hasan Al Jufri mengingatkan kepada peserta kajian berkenaan dengan kejadian apapun bagi seorang yang beriman pasti bermaanfaat bagi orang yang beriman. Pada bulan Robiul Awal ummat Islam masih dalam suasana memperingati kelahiran Rosulullah shalallahu alaihi wassalam. Memperingati hari kelahiran Nabi shalallahu alaihi wassalam termasuk bid’ah hasanah yang dianjurkan oleh para ulama dalam rangka untuk mencintai dan mengingat kembali tentang kisah-kisah shiroh Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam. Meneladani Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam bisa dengan cara meneladani para ulama sholeh yang mempelajari dan meniru akhlak Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam. Oleh karena itu kenalkan anak-anak kita dengan para ulama. Kajian dilanjutkan pembahasan tentang perasaan diri kepada anak-anak. Bagaimana perasaan diri orang tua yang tidak bisa dilepas terhadap anak-anak, tidak bisa orang tua melupakan atau melepas anaknya meskipun anaknya sudah dewasa. Ada cerita pada jaman nabi ada seorang shahabat Nabi shalallahu alaihi wassalam yaitu Al Qomah yang tidak bisa mengucapkan kalimat thoyibah ketika menjelang ajalnya, karena ibunya sakit hati dan tidak memaafkan anaknya. Akhirnya Rosulullah shalallahu alaihi wassalam melakukan cara dengan solah-olah akan membakar Al Qomah supaya ibunya tersadar, akhirnya ibunya sadar dan memaafkan anaknya sehingga Al Qomah bisa mengucapkan kalimat thoyibah kemudian meninggal. Kecintaan orang tua kepada anak merupakan kebanggaan bagi orang tua, oleh karena itu di dalam Al Quran disebutkan anak adalah termasuk perhiasan dunia. Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam mendapat penjagaan dari Allah Ta’ala, sejak kecil Nabi shalallahu alaihi wassalam diasuh oleh Bani Sa’adah dari kalangan keluarga yang paling harmonis. Halimah Sa’diyah adalah wanita yang terhormat yang keluarganya mendukung untuk mengasuh Nabi shalallahu alaihi wassalam. Ketika Halimah mengambil Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam untuk diasuh maka, keluarganya diberikan banyak sekali keberkahan dari Allah Ta’ala. Pada saat Nabi shalallahu alaihi wassalam putranya meninggal dunia, Beliau meneteskan air mata, ketika shahabat bertanya kenapa Nabi shalallahu alaihi wassalam menangis, Beliau mengatakan ini adalah rahmat Allah Ta’ala yang ditanamkan pada hati manusia. Bahkan hewanpun diberikan insting mencintai anak-anaknya, contohnya kuda yang kakinya menginjak-injak tanah tidak mengenai anaknya. Sifat cinta, yang dan kelembutan yang ditanamkan dalam hati orang tua agar orang tua memberikan terbaik pada anak-anaknya. Perasaan cinta orang tua perlu dikendalikan dan diarahakan agar tidak memberikan kecintaan yang keliru sehingga anak menjadi sosok yang lemah. Kasih sayang orang tua kepada anaknya adalah wujud kecintaan Allah Ta’ala kepada manusia. Penghormatan-penghormatan adab atau akhlak orang tua terhadap anak-anak diajarkan dalam Islam, yaitu dengan menyayangi anak-anak. Dicontohkan para ulama dalam majelis ilmu sangat memperhatikan anak-anak yang ikut di dalam majelis ilmu, bahkan diminta untuk duduk di depan. Dengan demikian anak-anak menjadi lebih semangat dalam mengingikuti majelis ilmu, meskipun demikian orang tua perlu mengingatkan agar anak-anak tidak sombong. Ketika Nabi Muhhmmad shalallahu alaihi wassalam melihat seorang ibu yang menggendong bayinya dengan penuh kasih sayang, Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam bertanya kepada seorang ibu tersebut apakah kamu menyayangi anakmu, seorang ibu menjawab iya Rosulullah, kemudian Rosulullah shalallahu alaihi wassalam mengatakan Allah Ta’ala jauh lebih besar sayangNya kepada anakmu itu. kajian berlanjut.. habibhasan bin ja'far as-segaff Kutipan Ceramah . Diantara keuntungan-keuntungan yang dimiliki oleh orang orang yang bertaqwa adalah : 1) Jalan keluar yang diberikan oleh Allah SWT kepada orang yang bertaqwa dari segala macam kesulitan dan kesusahan. Al-Adalah Saudi Pro League League level First Tier Joined Jul 1, 2022 Contract expires Jun 30, 2023
Kami sengaja ke Solo bertemu Habib Hasan melaporkan segala persoalan pedagang agar disampaikan kepada Presiden Jokowi. Karena kami tidak bisa berjualan selama lebih dari 13 tahun di Pasar Turi pascakebakaran," Ketua Perhimpunan Pedagang Pasar Turi, Muhammad Taufik Al-Djufri. Baca Juga: Prostitusi Disikat Gibran, Habib Hasan Sebut Warga Solo
Siapa Habib Zen Al-Jufri? Tldak ada kerabat yang berani menuturkan kisahnya, selain anak keempat Habib Zen, yaitu Habib Ahmad bin Zen Al-Jufri, dan sekaligus sebagai shahibul bait pada acara haul yg diselenggarakan tiap tahun itu. Menurut Habib Ahmad, tidak banyak yang tahu ihwal Habib Zen. Sebab dia sendiri memang tidak ingin menonjolkan diri, dan hanya orang tertentu yang mengetahui riwayatnya. Itu pun karena mereka terlibat langsung dengannya. “Kalau datang di suatu majelis, beliau duduk di belakang, dan tidak ingin merepotkan orang lain dengan melangkahi tempat duduk orang lain,” ujar Habib Ahmad Al-Jufri. Habib Zen Al-Jufri dikenal sebagai orang yang tidak banyak bicara, suka beramal shalih, dan akhlaqnya sangat tinggi, la menghormati para ulama, menyayangi para pemuda, dan lembut kepada anak-anak. Banyak orang merasa ditolongnya. Seperti ketika terjadi banjir di Semarang, ada seseorang yang kebanjiran mendapatkan bantuan beras dan pakaian dari Habib Zen. Di lain waktu orang itu datang ke Habib Zen dan berterima kasih karena sudah dibantu ketika banjir. la mengatakan, ia bertemu Habib Zen pada waktu banjir itu. Saat itu Habib Zen mengenakan sarung, baju, dan peel putih, persis seperti yang dimiliki Habib Zen. “Padahal pada saat itu, saya tahu, Abah ada di dalam kamar rumah karena sakit,” kata Habib Ahmad. Habib Zen Al-Jufri lahir di Kawasan Petek, Semarang Utara, pada 1911, la adalah salah satu dari empat anak Habib Ali bin Ahmad bin Umar Al-Jufri, Leluhurnya, Habib Umar Al-Jufri, berasal dari Taris, kota kecil antara Seiwun dan Syibam, datang ke Semarang bersama anaknya yang masih kecil, Ahmad. Habib Umar lalu berdagang dan berdakwah di Semarang. Kemudian ia mengawinkan anaknya, Ahmad, dengan putri patih Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Kakeknya inilah yang kemudian membangun rumah gedung di Jalan Petek, yang pada waktu itu merupakan rumah yang tergolong mewah dan besar. Ahmad adalah seorang pedagang yang berhasil, sehingga banyak meninggalkan harta benda. Zen Al-Jufri kecil bersekolah di madrasah di Semarang, kemudian melanjutkan ke Madrasah Syama’il Al-Huda di Pekalongan dan di Surabaya. Pada umur belasan tahun, ia pernah belajar ke Hadhramaut, tepatnya di kota Taris, dan salah satu gurunya adalah Habib Idrus Al-Jufri, Palu, pendiri Perguruan Al-Khairat. Di Hadhramaut, ia hanya belajar selama tiga bulan. Kemudi­an ia diajak pulang ke Indonesia oleh Habib Idrus Al-Jufri. Di tanah air, Habib Zen masih melanjutkan belajarnya kepada banyak guru, khususnya di Jakarta. Di antaranya, Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi, Kwitang, tetapi yang cukup teratur ia mengaji kepada Habib Abdur­rahman Assegaf. Sedang di Pekalong­an, ia belajar kepada Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alatas. Setelah itu ia kembali ke Semarang. Rumahnya di Jalan Petek di Se­marang merupakan persinggahan para habib bila lewat ke ibu kota Jawa Tengah itu. Hampir setiap Sya’ban, Habib Abubakar Assegaf, Gresik, Habib Salim Bin Jindan, Jakarta, Habib Ali bin Husein Alatas, Bungur, Habib Soleh Tanggul, dan yang lainnya, menginap di rumah­nya. “Kalau para pembesar dari kalangan habaib datang ke rumah Abah, pasti kami adakan pembacaan Maulid dan rauhah,” tutur Habib Ahmad. Kepada para tokoh habaib itu, Habib Zen selalu berujar, “Masukkan nama ana di hati antum, supaya antum cintai.” Habib Abubakar Assegaf Gresik menjawab, “Melihat langsung wajah antum, nama antum tersimpan dalam hati ana.” Waliyullah dari Gresik itu menambahkan, “Akhlaqmu, Zen, sebagaimana namamu.” Zen dalam bahasa Arab berarti “perhiasan” atau “bagus”. Pada tahun 1950-an, Habib Zen membaca kitab Ihya’ Ulumiddin untuk beberapa pendengar, dan menjelaskan dalam bahasa Arab. Namun karena jama’ah semakin bertambah, pengajian diganti de­ngan membaca kitab-kitab Habib Abdullah Al-Haddad, seperti An-Nashaih Ad- Diniyyah, dan ditambah Tanbihul Ghafilin. Pengajian itu berjalan hingga Habib Zen meninggal pada Desember 1992, dimakamkan di Pemakaman Bergota, Semarang. Seorang janda di Gresik sehari sebelum Habib Zen meninggal berujar, “Orang yang menjatah saya sekarang sudah tidak ke sini lagi.” Habib Zen memang tidak pemah meninggalkan Haul Habib Abubakar Assegaf Gresik. Di tempat itu, ia suka memberikan jatah uang kepada orang miskin. Kini banyak generasi muda yang hanya mengenal namanya tetapi belum tahu manaqibnya. Menurut Habib Hasan Al-Jufri dan dua rekannya, Habib Abddurahman Bin Smith, dan Habib Ghazi Shahab, Habib Zen Al-Jufri adalah ulama besar yang dikenang umatnya bukan karena semata-mata ilmunya, melainkan lebih karena akhlaqnya yang luhur.
HabibAli merupakan seorang sufi yang lahir di Qasam, Hadramaut, pada 24 Syawal 1259 Hijriyah atau 1839 Masehi. Ia merupakan putra dari Habib Muhammad bin Husain Al Habsyi dan Habibah Allawiyyah binti Husein bin Ahmad Al Hadi Al Jufri. Sejak kecil, Habib Ali dikenal sebagai anak yang cerdas dam kuat dalam menghafal Alquran dan hadis.
KalamHabib Hasan bin Sholeh al-Bahar al-Jufri. Sudah jamak dimengerti, shalat adalah pilar agama. Ia menyangga bangunan Islam kita. Kuat tidaknya iman sangat bertumpu padanya. Karena itu ia mesti dikokohkan. Jangan sampai rapuh atau keropos. Sebab agama kita menjadi taruhannya. Sejatinya, tanpa shalat, seorang muslim seolah tak beridentitas. Diakhir pembacaan maulid Nabi, Habib Abu Bakar Adni memberikan tausiyah tentang pentingnya menghormati umat Nabi Muhammad, terutama keluarga ahlul bait. Tausiyah yang disampaikan dalam bahasa Arab tersebut diterjmahkan oleh Habib Hasan Al Jufri dari Semarang. Majelis Taklim PonPes Al Madinah Gunungpati Semarang asuhan Habib Umar Muthohar. SetelahAl-Habib Ali berumur 10 tahun ayahnya meninggal dunia, tidak lama kemudian Al-Habib Ali dikirim belajar ke Hadramaut sesuai wasiat ayahandanya, di Hadhramaut berguru kepada para ulama dan auliya', diantaranya : 1. Al-Habib Ali bin Muhammad Alhabsyi 2. Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas 3. Al-Habib Hasan bin Ahmad Alaydrus 4.

HabibHasan bin Shaleh Al-Bahr Al-Jufri Seorang hamba dituntut untuk meminta kepada Tuhannya agar dapat melihat kebaikan-kebaikan para makhluk-Nya, juga agar dapat menutupi aib-aib mereka. Sayyidy al-Habib Abdurrohman bin Zein bin Ali bin Ahmad al-Jufri dilahirkan tahun 1938 di Semarang.

HABIBMUHAMMAD LUTHFI BIN ALI BIN HASYIM BIN YAHYA, PEKALONGAN. KELAHIRAN. HABIB LUTFI. Maulana. Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, atau yang lebih sering. dipanggil Habib Luthfi, dilahirkan di Pekalongan, tepatnya pada tanggal 10. November 1946 atau pada tanggal 27 Rajab tahun 1367 H. Sayyidyal-Habib Abdurrohman bin Zein bin Ali bin Ahmad al-Jufri dilahirkan tahun 1938 di Semarang. Ayahanda beliau seorang ulama' yang terkenal dengan ketinggian akhlaqnya, keluasan ilmunya, kesederhanaan hidupnya, yaitu Sayyidy al-Habib Zein bin Ali bin Ahmad al-Jufri, Ibunda beliau adalah wanita sholehah Sayyidah Hababah Sidah binti Muhdlor Assegaf. Laduni Habib Ali al-Jufri adalah seorang habib yang berasal dari Uni Emirat Arab, beliau berdakwah keliling dunia untuk menyebarkan risalah-risalah Islam yang sedang beliau embankan. Habib Ali lahir di kota Jeddah di Kerajaan Arab Saudi sebelum fajar pada hari Jumat 20 Safar 1391 H (16 April 1971), dari orangtua yang sama-sama keturunan dari h13t.
  • ulbbs1d4qj.pages.dev/734
  • ulbbs1d4qj.pages.dev/519
  • ulbbs1d4qj.pages.dev/481
  • ulbbs1d4qj.pages.dev/480
  • ulbbs1d4qj.pages.dev/428
  • ulbbs1d4qj.pages.dev/190
  • ulbbs1d4qj.pages.dev/197
  • ulbbs1d4qj.pages.dev/288
  • habib hasan al jufri semarang